Sabtu, 31 Juli 2010
Ad-diin
A. PENGERTIAN Ad-diin
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah: Read More...
Ummatan Wasathan
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...( QS. 2 : 143 )
Kalimat thoyyibah " Laa ilaha illallah " para ulama mengatakan ada dua kandungan rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Seorang muslim yang mereflesikan kalimat tauhid pasti menafikan segala yang disembah selain Ilahul Haq dan menetapkan hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Karena hanya Allah yang Haq, yang lain adalah Bathil. Itulah makna hakiki dari tauhid. Tetapi tauhid kita tidak hanya berhenti sampai disitu. Sebagai Khalifah, kita tidak boleh berhenti sekedar menafikan system barat ( Sekuler ), peradaban barat, budaya, gaya hidup dan seterusnya. . Read More...
Pengorbanan
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuil, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam surat al-baqarah :
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al Baqarah : 214) . Read More...
Makna Ad - Dien
Posted: 30 Jul 2010 02:40 AM PDT
A. PENGERTIAN “AD DIIN”
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah:
لدِّينُ هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّه ُبِتَوْصِيَةِ رُسُْلِهِ وَ هُوَ فِطْرَتِهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لِسَلامَتِهِمْ فِى الدُنْيَا وَالاخِرَةِ بِرِضَاهِ
“Ad Dien adalah apa-apa yang disyari’atkan Allah SWT dengan taushiyah para rasul-Nya dan Dia adalah Fitrohnya yang telah menciptakan manusia dengannya untuk keselamatan mereka di dunia dan di akhirat dengan ridhonya”. Pahami Qs. 42:13, 30:30, 26:21, 49:16, 3:19
B. UNSUR-UNSUR “AD DIIN”
Unsur-unsur Ad Dien ada 3:
1. Hukum, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Rububiyyah Alloh” di alam semesta ini
2. Daar (Negeri), sbgai wujud kongkrit dari eksistensinya “Mulkiyyah Alloh” di kerajaan bumi ini
3. Jama’ah/ Ummat, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Uluhiyyah Alloh” dengan hanya memurnikan pengabdian kepada Alloh semata.
C. KLASIFIKASI “AD DIIN”
Klasifikasi Diin terbagi menjadi 2 yakni:
1) Dinul Haq
هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّهُ بِقُرْآنِهِ لِسَلامَةِ الانْسَانِ عَلَى الْفِطْرَةِ وَ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan Allah dengan Qurannya untuk keselamatan manusia atas fitrohnya, dan Islam adalah Diin Tauhid”.
2) Dinul Bathil
هُوَ مَا شَرَعَهُ الْمُشْرِكُوْنَ بِاَمَانِيِّهِمْ لِشَقَاوَةِ اْلانْسَانِ عَنِ الْفِطْرَةِ وَ غَيْرُ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan orang musyrik dengan angan-angannya untuk merusak manusia dari fitrohnya, dan Diin bukan Islam adalah Dien Syirik.
Alloh SWT. telah mensyari’atkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrohim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW hingga sampai saat ini yakni Penegakkan Dinul Islam dan Jangan Berpecah Belah.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang diin apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Diin dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. (QS. 42:13)
nilah wasilah (sarana/ cara) untuk bertakwa kepada Alloh dan mendekatkan diri kepada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. 5:35)
D. SIKAP KITA TERHADAP DINUL HAQ (ISLAM)
1. Mengizharkannya diatas yang lain (9:33, 48:28, 61:10)
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”. (QS. 9:33)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi”. (QS. 48:28)
2. Menegakkannya (QS. 42:13)
E. KAIFIYAT IQOMATUD DIIN DAN IZHARUD DIIN
Setelah memahami ma’rifatulloh maka akhirnya kita telah mengetahui syari’at Alloh. Unsur-unsur syari’at tersebut adalah Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.
1) Rububiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Rububiyyah Alloh di alam semesta ini maka yang harus dilakukan adalah TABLIGH yaitu Usaha menunjukkan jalan (5:67) = سَعْيٌ لِهِدَايَةِ الصِّرَاطِ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia . Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. 5:67)
Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (tabsyir) dan berupa peringatan (indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses ta’lim (keilmuan), sedangkan indzar bisa melalui proses tahkim (pemberian sangsi hukum). Inilah sarana (shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (ma’ruf), perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
2) Mulkiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Mulkiyyah Alloh di kerajaan bumi ini maka yang harus ditempuh adalah JIHAD sebagai Gerakan mengamankan jalan (9:122, 8:74) = ضَرْبٌ لِحِمَايَةِ السَّبِيْلِ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 9:122)
“dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”. (QS. 8:74)
JIHAD ini bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/ perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Diin (tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan. Inilah sarana/ wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUJAHID.
3) Uluhiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Uluhiyyah Alloh sebagai satu-satunya pengabdian maka yang harus ditempuh adalah TAUHID sebagai Pengayoman untuk membina jalan (98:5) = رَاْيٌ لِبِنَايَةِ الطَّرِيْقِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. 98:5)
Tauhid ini ditujukan kepada Ummat dan Jama’ah. Tauhid yang dimiliki ummat yakni dengan memurnikan (ikhlash) pengabdiannya hanya kepada Alloh melalui pemahan keilmuan. Adapun tauhid yang dimiliki jama’ah (institusi) dengan adanya kepemimpinan (Imamah) sehingga hukum Alloh (Al Quran) sebagai sumber hukum dapat diaplikasikan melalui ketetapan-ketetapan Imam. Inilah sarana menuju “jannah” (Thoriqul Jannah) yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Thoriqul Jahannam yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUWAHHID.
Wallohu a’lam bish showab
Abqtl/Iqraku
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah: Read More...
Ummatan Wasathan
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...( QS. 2 : 143 )
Kalimat thoyyibah " Laa ilaha illallah " para ulama mengatakan ada dua kandungan rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Seorang muslim yang mereflesikan kalimat tauhid pasti menafikan segala yang disembah selain Ilahul Haq dan menetapkan hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Karena hanya Allah yang Haq, yang lain adalah Bathil. Itulah makna hakiki dari tauhid. Tetapi tauhid kita tidak hanya berhenti sampai disitu. Sebagai Khalifah, kita tidak boleh berhenti sekedar menafikan system barat ( Sekuler ), peradaban barat, budaya, gaya hidup dan seterusnya. . Read More...
Pengorbanan
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuil, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam surat al-baqarah :
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al Baqarah : 214) . Read More...
Makna Ad - Dien
Posted: 30 Jul 2010 02:40 AM PDT
A. PENGERTIAN “AD DIIN”
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah:
لدِّينُ هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّه ُبِتَوْصِيَةِ رُسُْلِهِ وَ هُوَ فِطْرَتِهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لِسَلامَتِهِمْ فِى الدُنْيَا وَالاخِرَةِ بِرِضَاهِ
“Ad Dien adalah apa-apa yang disyari’atkan Allah SWT dengan taushiyah para rasul-Nya dan Dia adalah Fitrohnya yang telah menciptakan manusia dengannya untuk keselamatan mereka di dunia dan di akhirat dengan ridhonya”. Pahami Qs. 42:13, 30:30, 26:21, 49:16, 3:19
B. UNSUR-UNSUR “AD DIIN”
Unsur-unsur Ad Dien ada 3:
1. Hukum, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Rububiyyah Alloh” di alam semesta ini
2. Daar (Negeri), sbgai wujud kongkrit dari eksistensinya “Mulkiyyah Alloh” di kerajaan bumi ini
3. Jama’ah/ Ummat, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Uluhiyyah Alloh” dengan hanya memurnikan pengabdian kepada Alloh semata.
C. KLASIFIKASI “AD DIIN”
Klasifikasi Diin terbagi menjadi 2 yakni:
1) Dinul Haq
هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّهُ بِقُرْآنِهِ لِسَلامَةِ الانْسَانِ عَلَى الْفِطْرَةِ وَ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan Allah dengan Qurannya untuk keselamatan manusia atas fitrohnya, dan Islam adalah Diin Tauhid”.
2) Dinul Bathil
هُوَ مَا شَرَعَهُ الْمُشْرِكُوْنَ بِاَمَانِيِّهِمْ لِشَقَاوَةِ اْلانْسَانِ عَنِ الْفِطْرَةِ وَ غَيْرُ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan orang musyrik dengan angan-angannya untuk merusak manusia dari fitrohnya, dan Diin bukan Islam adalah Dien Syirik.
Alloh SWT. telah mensyari’atkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrohim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW hingga sampai saat ini yakni Penegakkan Dinul Islam dan Jangan Berpecah Belah.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang diin apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Diin dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. (QS. 42:13)
nilah wasilah (sarana/ cara) untuk bertakwa kepada Alloh dan mendekatkan diri kepada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. 5:35)
D. SIKAP KITA TERHADAP DINUL HAQ (ISLAM)
1. Mengizharkannya diatas yang lain (9:33, 48:28, 61:10)
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”. (QS. 9:33)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi”. (QS. 48:28)
2. Menegakkannya (QS. 42:13)
E. KAIFIYAT IQOMATUD DIIN DAN IZHARUD DIIN
Setelah memahami ma’rifatulloh maka akhirnya kita telah mengetahui syari’at Alloh. Unsur-unsur syari’at tersebut adalah Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.
1) Rububiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Rububiyyah Alloh di alam semesta ini maka yang harus dilakukan adalah TABLIGH yaitu Usaha menunjukkan jalan (5:67) = سَعْيٌ لِهِدَايَةِ الصِّرَاطِ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia . Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. 5:67)
Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (tabsyir) dan berupa peringatan (indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses ta’lim (keilmuan), sedangkan indzar bisa melalui proses tahkim (pemberian sangsi hukum). Inilah sarana (shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (ma’ruf), perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
2) Mulkiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Mulkiyyah Alloh di kerajaan bumi ini maka yang harus ditempuh adalah JIHAD sebagai Gerakan mengamankan jalan (9:122, 8:74) = ضَرْبٌ لِحِمَايَةِ السَّبِيْلِ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 9:122)
“dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”. (QS. 8:74)
JIHAD ini bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/ perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Diin (tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan. Inilah sarana/ wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUJAHID.
3) Uluhiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Uluhiyyah Alloh sebagai satu-satunya pengabdian maka yang harus ditempuh adalah TAUHID sebagai Pengayoman untuk membina jalan (98:5) = رَاْيٌ لِبِنَايَةِ الطَّرِيْقِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. 98:5)
Tauhid ini ditujukan kepada Ummat dan Jama’ah. Tauhid yang dimiliki ummat yakni dengan memurnikan (ikhlash) pengabdiannya hanya kepada Alloh melalui pemahan keilmuan. Adapun tauhid yang dimiliki jama’ah (institusi) dengan adanya kepemimpinan (Imamah) sehingga hukum Alloh (Al Quran) sebagai sumber hukum dapat diaplikasikan melalui ketetapan-ketetapan Imam. Inilah sarana menuju “jannah” (Thoriqul Jannah) yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Thoriqul Jahannam yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUWAHHID.
Wallohu a’lam bish showab
Abqtl/Iqraku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sabtu, 31 Juli 2010
Ad-diin
A. PENGERTIAN Ad-diin
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah: Read More...
Ummatan Wasathan
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...( QS. 2 : 143 )
Kalimat thoyyibah " Laa ilaha illallah " para ulama mengatakan ada dua kandungan rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Seorang muslim yang mereflesikan kalimat tauhid pasti menafikan segala yang disembah selain Ilahul Haq dan menetapkan hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Karena hanya Allah yang Haq, yang lain adalah Bathil. Itulah makna hakiki dari tauhid. Tetapi tauhid kita tidak hanya berhenti sampai disitu. Sebagai Khalifah, kita tidak boleh berhenti sekedar menafikan system barat ( Sekuler ), peradaban barat, budaya, gaya hidup dan seterusnya. . Read More...
Pengorbanan
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuil, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam surat al-baqarah :
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al Baqarah : 214) . Read More...
Makna Ad - Dien
Posted: 30 Jul 2010 02:40 AM PDT
A. PENGERTIAN “AD DIIN”
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah:
لدِّينُ هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّه ُبِتَوْصِيَةِ رُسُْلِهِ وَ هُوَ فِطْرَتِهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لِسَلامَتِهِمْ فِى الدُنْيَا وَالاخِرَةِ بِرِضَاهِ
“Ad Dien adalah apa-apa yang disyari’atkan Allah SWT dengan taushiyah para rasul-Nya dan Dia adalah Fitrohnya yang telah menciptakan manusia dengannya untuk keselamatan mereka di dunia dan di akhirat dengan ridhonya”. Pahami Qs. 42:13, 30:30, 26:21, 49:16, 3:19
B. UNSUR-UNSUR “AD DIIN”
Unsur-unsur Ad Dien ada 3:
1. Hukum, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Rububiyyah Alloh” di alam semesta ini
2. Daar (Negeri), sbgai wujud kongkrit dari eksistensinya “Mulkiyyah Alloh” di kerajaan bumi ini
3. Jama’ah/ Ummat, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Uluhiyyah Alloh” dengan hanya memurnikan pengabdian kepada Alloh semata.
C. KLASIFIKASI “AD DIIN”
Klasifikasi Diin terbagi menjadi 2 yakni:
1) Dinul Haq
هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّهُ بِقُرْآنِهِ لِسَلامَةِ الانْسَانِ عَلَى الْفِطْرَةِ وَ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan Allah dengan Qurannya untuk keselamatan manusia atas fitrohnya, dan Islam adalah Diin Tauhid”.
2) Dinul Bathil
هُوَ مَا شَرَعَهُ الْمُشْرِكُوْنَ بِاَمَانِيِّهِمْ لِشَقَاوَةِ اْلانْسَانِ عَنِ الْفِطْرَةِ وَ غَيْرُ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan orang musyrik dengan angan-angannya untuk merusak manusia dari fitrohnya, dan Diin bukan Islam adalah Dien Syirik.
Alloh SWT. telah mensyari’atkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrohim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW hingga sampai saat ini yakni Penegakkan Dinul Islam dan Jangan Berpecah Belah.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang diin apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Diin dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. (QS. 42:13)
nilah wasilah (sarana/ cara) untuk bertakwa kepada Alloh dan mendekatkan diri kepada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. 5:35)
D. SIKAP KITA TERHADAP DINUL HAQ (ISLAM)
1. Mengizharkannya diatas yang lain (9:33, 48:28, 61:10)
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”. (QS. 9:33)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi”. (QS. 48:28)
2. Menegakkannya (QS. 42:13)
E. KAIFIYAT IQOMATUD DIIN DAN IZHARUD DIIN
Setelah memahami ma’rifatulloh maka akhirnya kita telah mengetahui syari’at Alloh. Unsur-unsur syari’at tersebut adalah Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.
1) Rububiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Rububiyyah Alloh di alam semesta ini maka yang harus dilakukan adalah TABLIGH yaitu Usaha menunjukkan jalan (5:67) = سَعْيٌ لِهِدَايَةِ الصِّرَاطِ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia . Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. 5:67)
Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (tabsyir) dan berupa peringatan (indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses ta’lim (keilmuan), sedangkan indzar bisa melalui proses tahkim (pemberian sangsi hukum). Inilah sarana (shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (ma’ruf), perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
2) Mulkiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Mulkiyyah Alloh di kerajaan bumi ini maka yang harus ditempuh adalah JIHAD sebagai Gerakan mengamankan jalan (9:122, 8:74) = ضَرْبٌ لِحِمَايَةِ السَّبِيْلِ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 9:122)
“dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”. (QS. 8:74)
JIHAD ini bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/ perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Diin (tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan. Inilah sarana/ wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUJAHID.
3) Uluhiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Uluhiyyah Alloh sebagai satu-satunya pengabdian maka yang harus ditempuh adalah TAUHID sebagai Pengayoman untuk membina jalan (98:5) = رَاْيٌ لِبِنَايَةِ الطَّرِيْقِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. 98:5)
Tauhid ini ditujukan kepada Ummat dan Jama’ah. Tauhid yang dimiliki ummat yakni dengan memurnikan (ikhlash) pengabdiannya hanya kepada Alloh melalui pemahan keilmuan. Adapun tauhid yang dimiliki jama’ah (institusi) dengan adanya kepemimpinan (Imamah) sehingga hukum Alloh (Al Quran) sebagai sumber hukum dapat diaplikasikan melalui ketetapan-ketetapan Imam. Inilah sarana menuju “jannah” (Thoriqul Jannah) yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Thoriqul Jahannam yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUWAHHID.
Wallohu a’lam bish showab
Abqtl/Iqraku
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah: Read More...
Ummatan Wasathan
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...( QS. 2 : 143 )
Kalimat thoyyibah " Laa ilaha illallah " para ulama mengatakan ada dua kandungan rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Seorang muslim yang mereflesikan kalimat tauhid pasti menafikan segala yang disembah selain Ilahul Haq dan menetapkan hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Karena hanya Allah yang Haq, yang lain adalah Bathil. Itulah makna hakiki dari tauhid. Tetapi tauhid kita tidak hanya berhenti sampai disitu. Sebagai Khalifah, kita tidak boleh berhenti sekedar menafikan system barat ( Sekuler ), peradaban barat, budaya, gaya hidup dan seterusnya. . Read More...
Pengorbanan
Wahai mereka yang telah ridla Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Ketahuil, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat dalam surat al-baqarah :
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al Baqarah : 214) . Read More...
Makna Ad - Dien
Posted: 30 Jul 2010 02:40 AM PDT
A. PENGERTIAN “AD DIIN”
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’ adalah:
لدِّينُ هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّه ُبِتَوْصِيَةِ رُسُْلِهِ وَ هُوَ فِطْرَتِهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لِسَلامَتِهِمْ فِى الدُنْيَا وَالاخِرَةِ بِرِضَاهِ
“Ad Dien adalah apa-apa yang disyari’atkan Allah SWT dengan taushiyah para rasul-Nya dan Dia adalah Fitrohnya yang telah menciptakan manusia dengannya untuk keselamatan mereka di dunia dan di akhirat dengan ridhonya”. Pahami Qs. 42:13, 30:30, 26:21, 49:16, 3:19
B. UNSUR-UNSUR “AD DIIN”
Unsur-unsur Ad Dien ada 3:
1. Hukum, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Rububiyyah Alloh” di alam semesta ini
2. Daar (Negeri), sbgai wujud kongkrit dari eksistensinya “Mulkiyyah Alloh” di kerajaan bumi ini
3. Jama’ah/ Ummat, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Uluhiyyah Alloh” dengan hanya memurnikan pengabdian kepada Alloh semata.
C. KLASIFIKASI “AD DIIN”
Klasifikasi Diin terbagi menjadi 2 yakni:
1) Dinul Haq
هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّهُ بِقُرْآنِهِ لِسَلامَةِ الانْسَانِ عَلَى الْفِطْرَةِ وَ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan Allah dengan Qurannya untuk keselamatan manusia atas fitrohnya, dan Islam adalah Diin Tauhid”.
2) Dinul Bathil
هُوَ مَا شَرَعَهُ الْمُشْرِكُوْنَ بِاَمَانِيِّهِمْ لِشَقَاوَةِ اْلانْسَانِ عَنِ الْفِطْرَةِ وَ غَيْرُ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan orang musyrik dengan angan-angannya untuk merusak manusia dari fitrohnya, dan Diin bukan Islam adalah Dien Syirik.
Alloh SWT. telah mensyari’atkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrohim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW hingga sampai saat ini yakni Penegakkan Dinul Islam dan Jangan Berpecah Belah.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang diin apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Diin dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. (QS. 42:13)
nilah wasilah (sarana/ cara) untuk bertakwa kepada Alloh dan mendekatkan diri kepada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. 5:35)
D. SIKAP KITA TERHADAP DINUL HAQ (ISLAM)
1. Mengizharkannya diatas yang lain (9:33, 48:28, 61:10)
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”. (QS. 9:33)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi”. (QS. 48:28)
2. Menegakkannya (QS. 42:13)
E. KAIFIYAT IQOMATUD DIIN DAN IZHARUD DIIN
Setelah memahami ma’rifatulloh maka akhirnya kita telah mengetahui syari’at Alloh. Unsur-unsur syari’at tersebut adalah Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.
1) Rububiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Rububiyyah Alloh di alam semesta ini maka yang harus dilakukan adalah TABLIGH yaitu Usaha menunjukkan jalan (5:67) = سَعْيٌ لِهِدَايَةِ الصِّرَاطِ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia . Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. 5:67)
Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (tabsyir) dan berupa peringatan (indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses ta’lim (keilmuan), sedangkan indzar bisa melalui proses tahkim (pemberian sangsi hukum). Inilah sarana (shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (ma’ruf), perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
2) Mulkiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Mulkiyyah Alloh di kerajaan bumi ini maka yang harus ditempuh adalah JIHAD sebagai Gerakan mengamankan jalan (9:122, 8:74) = ضَرْبٌ لِحِمَايَةِ السَّبِيْلِ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 9:122)
“dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”. (QS. 8:74)
JIHAD ini bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/ perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Diin (tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan. Inilah sarana/ wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUJAHID.
3) Uluhiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Uluhiyyah Alloh sebagai satu-satunya pengabdian maka yang harus ditempuh adalah TAUHID sebagai Pengayoman untuk membina jalan (98:5) = رَاْيٌ لِبِنَايَةِ الطَّرِيْقِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. 98:5)
Tauhid ini ditujukan kepada Ummat dan Jama’ah. Tauhid yang dimiliki ummat yakni dengan memurnikan (ikhlash) pengabdiannya hanya kepada Alloh melalui pemahan keilmuan. Adapun tauhid yang dimiliki jama’ah (institusi) dengan adanya kepemimpinan (Imamah) sehingga hukum Alloh (Al Quran) sebagai sumber hukum dapat diaplikasikan melalui ketetapan-ketetapan Imam. Inilah sarana menuju “jannah” (Thoriqul Jannah) yang ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Thoriqul Jahannam yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUWAHHID.
Wallohu a’lam bish showab
Abqtl/Iqraku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Ad-diin"
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar