b:include data='blog' name='all-head-content'/>
bismillah

Welcome

31. Katakanlah ( Muhammad ), " Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. " Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang,
32. Katakanlah ( Muhammad ), " Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-org kafir. " ( QS. Ali Imron : 31-32 )
Fruity Cherry Heart

Minggu, 28 November 2010

Pentingnya Posisi Karyawan - suar.okezone.com

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.40 0 komentar
READ MORE - Pentingnya Posisi Karyawan - suar.okezone.com

CARA MEMILIH KARYAWAN YANG BERPOTENSI PRODUKTIF DAN SUKSES

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.29 0 komentar
Jadi, pesan apakah yang ingin saya sampaikan berkenaan dengan cara merevolusi produktivitas SDM?
Yang ingin saya katakan ialah, bahwa program pelatihan saja, dan atau program motivasi saja, jika tidak disertai dengan orang dan situasi yang tepat, tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan!
Seperti halnya kita tidak bisa memaksa seekor kuda untuk minum air, kitapun tidak akan bisa memaksa seseorang untuk melakukan hal yang tidak ingin dilakukannya!
Sekalipun dengan ancaman atau iming-iming hadiah, seseorang bisa saja nampak berprilaku seperti yang kita inginkan, namun itu sifatnya sementara dan superfisial. Dalam waktu singkat, ia akan kembali kepada prilakunya yang semula, kembali kehabitatnya!
Itulah jawaban atas banyak keluhan pebisnis yang merasa frustrasi terhadap prilaku karyawan atau bawahannya, yang selalu harus dimandori dalam bekerja, jika ingin berhasil baik; atau ibaratnya seperti polisi mengawasi maling. Jika kita lengah, maka akan terjadi kerugian.
Pertanyaannya: Apakah karyawan bersangkutan sengaja melakukan perbuatan yang marginal atau tercela, ataukah tidak?
Tergantung siapa yang anda tanya. Jika ia adalah Optimist, maka ia akan menjawab, “Tidak sengaja”. Namun jika ia adalah Pessimist, maka kemungkinan akan dijawab, “Ya, mereka memang sengaja!”
Apapun jawabannya, apakah seseorang itu sengaja atau tidak sengaja berprilaku marginal atau negatif, yang pasti adalah kinerja orang itu marginal atau bahkan buruk!
Namun menurut hemat saya, secara logis, seyogyanya jarang ada orang yang tidak ingin dihargai dan dihormati karena prestasinya. Secara manusiawi, hampir semua orang ingin sukses, ingin dihargai dan dipuji, bukankah demikian?
Jadi, jika ada orang yang sekalipun telah dilatih dan dimotivasi –apalagi berulang kali-, tetap saja berprilaku dan berkinerja marginal atau buruk, rasanya ada ‘something wrong in him’, ada yang keliru dalam diri orang seperti itu, apakah itu?
Kalau menurut pengalaman saya, yang salah itu bukan orangnya, dan bukan pula pekerjaannya, serta bukan orang yang menyuruhnya melakukan pekerjaan; melainkan ketidak tepatan antara potensi orang, dengan bidang pekerjaan yang diminta untuk dilakukannya.
Untuk mudahnya, saya bisa mengatakan bahwa kemungkinannya adalah, “He is the right man with the wrong job”, atau bahkan, “He is the wrong man with the wrong job”
Jika persoalannya adalah demikian, maka pilihannya hanya satu diantara dua: Mengganti orangnya, atau mengganti pekerjaannya!
Saudaraku, saya serius. Kita tidak akan bisa meningkatkan kinerja seseorang yang pekerjaannya tidak sesuai dengan potensinya, bagaimanapun kita melatih dan memotivasinya.
Seperti kata pepatah, “Katak tidak bisa jadi lembu”, maka demikian juga dengan karyawan. Jika kita salah merekrut dan menempatkan orang, maka sampai kapanpun ia tidak akan bisa menjadi karyawan yang produktif dan sukses.
Sekalipun orang yang bersangkutan berkemauan keras untuk berubah, namun jika ia tidak potensial untuk sukses, iapun tidak akan bisa sukses. Ia bisa menjadi lebih baik, namun nyaris mustahil untuk menjadi yang terbaik!
Untuk menjadi yang terbaik, untuk mendapat sukses besar, diperlukan bukan hanya sekedar kemauan, melainkan juga bakat, kerja keras, dan kesempatan.
Sekalipun saya menguasai Hypno-Therapy, saya tidak bisa membuat orang yang mempunyai warna suara ‘tenor’ misalnya, menjadi ‘bass’. Saya bisa mensugestinya agar ia percaya bahwa ia berwarna suara ‘bass’, namun saya tidak bisa merubah realita bahwa warna suaranya adalah tetap ‘tenor’.
Dengan kata lain, sekalipun mengunakan Hypno-Therapy, kita tidak bisa mengadakan hal yang tidak ada pada diri seseorang.
Jadi saran saya, cara terbaik dan termudah, serta termurah untuk merevolusi kinerja dan produktivitas SDM adalah pertama-tama, dengan cara memastikan bahwa setiap karyawan anda adalah orang yang tepat untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Lakukanlah atau mintalah profesional yang ahli dalam Aptitude Test, untuk mengetahui bakat atau potensi setiap karyawan (atau calon karyawan) dalam relevansinya terhadap uraian pekerjaan yang (akan) diembannya.
Bagi karyawan yang telah bekerja, bisa dilakukan mutasi, kebagian yang sesuai dengan potensi terbaiknya.
Jika ditemukan ada karyawan yang potensi dan bakatnya sama sekali tidak sesuai dengan posisi yang ada didalam perusahaan, dan selama ini memang terbukti ia tidak bisa bekerja dengan baik, maka solusi yang terbaik untuk kemajuan kedua belah pihak adalah, memintanya pindah perusahaan!
Jika seseorang tidak menyukai bidang sales misalnya, bagaimanapun seringnya ia dilatih dan dimotivasi dengan selling skills dan sebagainya, ia tidak akan bisa menjadi the best sales performer!
Demikian juga, jika seseorang tidak berbakat atau tidak berpotensi menjadi leader, bagaimanapun ia dikatrol dan dilatih ilmu kepemimpinan, ia akan nyaris mustahil menjadi pemimpin yang baik.
Ada orang yang potensi dan bakatnya adalah menjadi pengikut dan pelaksana. Ia akan bisa menjadi the best sales performer misalnya; namun ketika dipromosikan menjadi supervisor atau manager, bisa saja kinerja dan prilakunya menjadi buruk; yang mengakibatkan perusahaan rugi dua kali: Pertama, kehilangan sales, karena salesman terbaiknya dijadikan supervisor atau manager. Kedua, kehilangan kekompakan team, karena dipimpin oleh bad leader!
Jadi dengan mengetahui bakat serta potensi terbaik seseorang, ia bisa ditempatkan pada posisi yang tepat. Dan dengan tambahan pelatihan dan kepemimpinan yang baik, ia akan bisa mengembangkan potensi dirinya kelevel yang optimal dan menghasilkan prestasi terbaik.
Ibaratnya adalah seperti mengajar anak rajawali untuk terbang, atau mengajar anak itik untuk berenang. Suatu pekerjaan yang mudah, bagi kedua belah pihak –yang diajar, dan yang mengajar-, karena alami!
Jika dibalik, mengajar anak rajawali untuk berenang, dan atau mengajar anak itik untuk terbang seperti rajawali, adalah pekerjaan mustahil.
Bagaimanapun besarnya kemauan si anak rajawali untuk bisa berenang, serta bagaimanapun hebatnya sang trainer melatih dan memotivasinya, berenang tetaplah merupakan pekerjaan yang nyaris mustahil bagi rajawali.
Setelah memiliki orang yang berpotensi untuk produktif dan sukses, barulah tugas perusahaan untuk membina dan memberdayakan potensi itu, untuk kepentingan bersama, dengan cara seperti yang saya uraikan sebelumnya.
Itulah mungkin arti penting dari pepatah, “The right man on the right place in the right time!”

dikutif dari facebook Indonesia Inc
READ MORE - CARA MEMILIH KARYAWAN YANG BERPOTENSI PRODUKTIF DAN SUKSES

Minggu, 28 November 2010

Pentingnya Posisi Karyawan - suar.okezone.com

Pentingnya Posisi Karyawan - suar.okezone.com

CARA MEMILIH KARYAWAN YANG BERPOTENSI PRODUKTIF DAN SUKSES

Jadi, pesan apakah yang ingin saya sampaikan berkenaan dengan cara merevolusi produktivitas SDM?
Yang ingin saya katakan ialah, bahwa program pelatihan saja, dan atau program motivasi saja, jika tidak disertai dengan orang dan situasi yang tepat, tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan!
Seperti halnya kita tidak bisa memaksa seekor kuda untuk minum air, kitapun tidak akan bisa memaksa seseorang untuk melakukan hal yang tidak ingin dilakukannya!
Sekalipun dengan ancaman atau iming-iming hadiah, seseorang bisa saja nampak berprilaku seperti yang kita inginkan, namun itu sifatnya sementara dan superfisial. Dalam waktu singkat, ia akan kembali kepada prilakunya yang semula, kembali kehabitatnya!
Itulah jawaban atas banyak keluhan pebisnis yang merasa frustrasi terhadap prilaku karyawan atau bawahannya, yang selalu harus dimandori dalam bekerja, jika ingin berhasil baik; atau ibaratnya seperti polisi mengawasi maling. Jika kita lengah, maka akan terjadi kerugian.
Pertanyaannya: Apakah karyawan bersangkutan sengaja melakukan perbuatan yang marginal atau tercela, ataukah tidak?
Tergantung siapa yang anda tanya. Jika ia adalah Optimist, maka ia akan menjawab, “Tidak sengaja”. Namun jika ia adalah Pessimist, maka kemungkinan akan dijawab, “Ya, mereka memang sengaja!”
Apapun jawabannya, apakah seseorang itu sengaja atau tidak sengaja berprilaku marginal atau negatif, yang pasti adalah kinerja orang itu marginal atau bahkan buruk!
Namun menurut hemat saya, secara logis, seyogyanya jarang ada orang yang tidak ingin dihargai dan dihormati karena prestasinya. Secara manusiawi, hampir semua orang ingin sukses, ingin dihargai dan dipuji, bukankah demikian?
Jadi, jika ada orang yang sekalipun telah dilatih dan dimotivasi –apalagi berulang kali-, tetap saja berprilaku dan berkinerja marginal atau buruk, rasanya ada ‘something wrong in him’, ada yang keliru dalam diri orang seperti itu, apakah itu?
Kalau menurut pengalaman saya, yang salah itu bukan orangnya, dan bukan pula pekerjaannya, serta bukan orang yang menyuruhnya melakukan pekerjaan; melainkan ketidak tepatan antara potensi orang, dengan bidang pekerjaan yang diminta untuk dilakukannya.
Untuk mudahnya, saya bisa mengatakan bahwa kemungkinannya adalah, “He is the right man with the wrong job”, atau bahkan, “He is the wrong man with the wrong job”
Jika persoalannya adalah demikian, maka pilihannya hanya satu diantara dua: Mengganti orangnya, atau mengganti pekerjaannya!
Saudaraku, saya serius. Kita tidak akan bisa meningkatkan kinerja seseorang yang pekerjaannya tidak sesuai dengan potensinya, bagaimanapun kita melatih dan memotivasinya.
Seperti kata pepatah, “Katak tidak bisa jadi lembu”, maka demikian juga dengan karyawan. Jika kita salah merekrut dan menempatkan orang, maka sampai kapanpun ia tidak akan bisa menjadi karyawan yang produktif dan sukses.
Sekalipun orang yang bersangkutan berkemauan keras untuk berubah, namun jika ia tidak potensial untuk sukses, iapun tidak akan bisa sukses. Ia bisa menjadi lebih baik, namun nyaris mustahil untuk menjadi yang terbaik!
Untuk menjadi yang terbaik, untuk mendapat sukses besar, diperlukan bukan hanya sekedar kemauan, melainkan juga bakat, kerja keras, dan kesempatan.
Sekalipun saya menguasai Hypno-Therapy, saya tidak bisa membuat orang yang mempunyai warna suara ‘tenor’ misalnya, menjadi ‘bass’. Saya bisa mensugestinya agar ia percaya bahwa ia berwarna suara ‘bass’, namun saya tidak bisa merubah realita bahwa warna suaranya adalah tetap ‘tenor’.
Dengan kata lain, sekalipun mengunakan Hypno-Therapy, kita tidak bisa mengadakan hal yang tidak ada pada diri seseorang.
Jadi saran saya, cara terbaik dan termudah, serta termurah untuk merevolusi kinerja dan produktivitas SDM adalah pertama-tama, dengan cara memastikan bahwa setiap karyawan anda adalah orang yang tepat untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Lakukanlah atau mintalah profesional yang ahli dalam Aptitude Test, untuk mengetahui bakat atau potensi setiap karyawan (atau calon karyawan) dalam relevansinya terhadap uraian pekerjaan yang (akan) diembannya.
Bagi karyawan yang telah bekerja, bisa dilakukan mutasi, kebagian yang sesuai dengan potensi terbaiknya.
Jika ditemukan ada karyawan yang potensi dan bakatnya sama sekali tidak sesuai dengan posisi yang ada didalam perusahaan, dan selama ini memang terbukti ia tidak bisa bekerja dengan baik, maka solusi yang terbaik untuk kemajuan kedua belah pihak adalah, memintanya pindah perusahaan!
Jika seseorang tidak menyukai bidang sales misalnya, bagaimanapun seringnya ia dilatih dan dimotivasi dengan selling skills dan sebagainya, ia tidak akan bisa menjadi the best sales performer!
Demikian juga, jika seseorang tidak berbakat atau tidak berpotensi menjadi leader, bagaimanapun ia dikatrol dan dilatih ilmu kepemimpinan, ia akan nyaris mustahil menjadi pemimpin yang baik.
Ada orang yang potensi dan bakatnya adalah menjadi pengikut dan pelaksana. Ia akan bisa menjadi the best sales performer misalnya; namun ketika dipromosikan menjadi supervisor atau manager, bisa saja kinerja dan prilakunya menjadi buruk; yang mengakibatkan perusahaan rugi dua kali: Pertama, kehilangan sales, karena salesman terbaiknya dijadikan supervisor atau manager. Kedua, kehilangan kekompakan team, karena dipimpin oleh bad leader!
Jadi dengan mengetahui bakat serta potensi terbaik seseorang, ia bisa ditempatkan pada posisi yang tepat. Dan dengan tambahan pelatihan dan kepemimpinan yang baik, ia akan bisa mengembangkan potensi dirinya kelevel yang optimal dan menghasilkan prestasi terbaik.
Ibaratnya adalah seperti mengajar anak rajawali untuk terbang, atau mengajar anak itik untuk berenang. Suatu pekerjaan yang mudah, bagi kedua belah pihak –yang diajar, dan yang mengajar-, karena alami!
Jika dibalik, mengajar anak rajawali untuk berenang, dan atau mengajar anak itik untuk terbang seperti rajawali, adalah pekerjaan mustahil.
Bagaimanapun besarnya kemauan si anak rajawali untuk bisa berenang, serta bagaimanapun hebatnya sang trainer melatih dan memotivasinya, berenang tetaplah merupakan pekerjaan yang nyaris mustahil bagi rajawali.
Setelah memiliki orang yang berpotensi untuk produktif dan sukses, barulah tugas perusahaan untuk membina dan memberdayakan potensi itu, untuk kepentingan bersama, dengan cara seperti yang saya uraikan sebelumnya.
Itulah mungkin arti penting dari pepatah, “The right man on the right place in the right time!”

dikutif dari facebook Indonesia Inc
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

AKHWATimoet Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Celebrity Gossip