b:include data='blog' name='all-head-content'/>
bismillah

Welcome

31. Katakanlah ( Muhammad ), " Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. " Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang,
32. Katakanlah ( Muhammad ), " Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-org kafir. " ( QS. Ali Imron : 31-32 )
Fruity Cherry Heart

Rabu, 22 Juni 2011

Makalah Al - Islam

Diposting oleh AKHWATimoet di 04.44 1 komentar

QS. AL- INSYIR

OH

“Rahasia Dibalik Kesulitan”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Al- Islam







Disusun Oleh :

Irma Ervina

Shelvy Novia Wijayanti

PAKET 2


STAI ACPRILESMA INDONESIA

Jl. Raya Bintara Jaya no. 9 Rt. 08/Rw. 10 Bintara Jaya – Bekasi

2011



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam meraih keselamatan dunia dan akhirat. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat dan hidayah-Nya,tidak lupa kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa meneruskan perjuangannya demi tegaknya islam di muka bumi ini.

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena berkat iradah-Nya kami diberikan kemudahan sehingga kami mampu melalui hambatan-hambatan yang datang selama penyusunan makalah ini, tentunya dengan ridho Allah SWT terwujudlah makalah ini yang berjudul QS. Al Insyiroh ( Rahasia Dibalik Kesulitan).

Makalah ini memang bukan karya yang sempurna karena kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisannya, baik dalam isi, sistematika, dan teknik penulisannya. Walaupun masih banyak kekurangan, namun berkat bantuan dan kerjasama kelompok, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-teman sekalian akan saya terima dengan senang hati, guna penyempurnaan tugas makalah ini di kemudian hari. Selanjutnya, Semoga laporan praktikum ini bisa memberikan manfaat bagi saya selaku penulis dan bagi para pembaca. Amin.


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang / Asbabun Nuzul

Surah Al Inshirah atau Surat Alam Nasyrah( سورة الشرح )adalah surat ke-94 dalam Al Qur'an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah serta diturunkan sesudah surat Adh Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama, yang berarti: bukankah Kami telah melapangkan.

Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya.

Dalam menjalani hidup di dunia ini, tidak jarang ditemukan orang yang kadang merasa berat dalam menjalani hidupnya, apalagi di zaman global, yang penuh dengan tantangan ini. Karenanya seringkali seseorang merasa stres karena tidak kuat menjalaninya. Ketika seperti itu, ada yang melampiaskannya dengan minum minuman keras, mengkonsumsi sabu-sabu, melacur, dan sebagainya. Naasnya lagi kadang ada yang sampai berani bunuh diri. Naudzubillah.

Kenapa sampai terjadi seperti itu? Apa dan siapa yang salah? Apakah hidup bahagia memang tidak gampang dicapai oleh sembarang orang? Semua itu sebetulnya tergantung pada masing-masing diri kita sendiri. Kita tinggal memilih apakah kita ingin hidup bahagia atau tidak. Tinggal kita bagaimana cara mengatur emosi dan pikiran kita.

Bagaimana cara kita mengaturnya agar kita bisa mencapai hidup bahagia? Jawabannya bisa ditemukan dalam kandungan surat al-Insyirah, surat ke-94 dalam al-Qur'an. Surat al-Qur'an yang terdiri dari delapan ayat ini mengandung falsafah hidup yang patut kita jadikan acuan untuk menggapai kebahagiaan hakiki dunia-akhirat. Surat al-Insyirah ini bisa dijadikan paradigma meraih kesuksesan, keberhasilan, dan kebahagiaan hidup.

Kandungan pertama surat al-Insyirah ini diawali dengan anugerah lapang dada, yang kemudian dilanjutkan dengan anugerah-anugerah yang lain. Surah ini menyiratkan bahwa hidup itu berarti bercengkerama dengan kesulitan-kesulitan dan sekaligus menunjukkan bagaimana meraih kemudahan-kemudahan. Hal ini sesuai dengan bunyi salah satu ayat dalam surat ini yang artinya: "karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah (94): 5-6).

Pada hakikatnya, surat ini adalah surat yang dikhususkan kepada diri Rasulullah agar ia berlapang dada. Akan tetapi tidak ada salahnya kalau kita juga mengambil ibrah darinya. Apalangi sudah jelas bahwa Rasulullah itu merupakan contoh teladan yang patut dicontoh, seperti apa yang difirmankan Allah yang artinya: "sesungguhnya pada diri Rasulullah itu telah ada contoh suri tauladan yang baik..." (QS. Al-Ahzab (33): 21).

Dalam menjalani hidup di dunia ini setidaknya kita harus menghadapinya dengan penuh senyuman. Berbagai macam kesulitan (rintangan) yang pastinya akan dialami setiap orang, seyogianya dihadapi penuh pertimbangan dengan tetap berlapang dada, istiqamah, dan tidak menjadikannya sebuah beban. Falsafah dalam surat al-Insyirah bisa menuntun kita untuk bisa berdamai dengan aneka ragamnya kehidupan kita. Tuntunan surat al-Insyirah ini meminta kita agar dalam menjalani hidup pertama-pertama harus dan bisa berlapang dada, tetap istiqamah, dan terakhir pasrah terhadap semua apa yang telah kita usahakan.

Falsafah untuk berlapang dada ini ada pada ayat pertama surat al-Insyirah. Anjuran untuk tetap istiqamah ada pada ayat ketujuh. Dan ayat terakhir menganjurkan kepasrahan. Kesulitan-kesulitan yang mungkin sering berhadapan dengan kita, kita harus menghadapi dengan penuh lapang dada, tetap istiqamah menjalankannya sesuai dengan koridor kehidupan, dan terakhir kita pasrah pada Tuhan yang maha kuasa-yang nantinya pasti ada kemudahan yang akan diberikan-Nya. Allah sudah berjanji bahwa setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Inilah janji Allah yang tersurat pada ayat kelima dan enam dalam surat al-Insyirah ini. Allah tidak ada mengingkarinya janjinya (QS. Ali Imran (3): 9).

Sungguh luar biasa, lewat surat al-Insyirah ini Allah memberi tahu rumus bagaimana cara kita menjalani kehidupan. Dengan rahman dan rahim-Nya, Allah bekali diri kita potensi untuk mengatasi kelemahan yang ada pada diri kita. Allah berfirman yang artinya: "sesungguhnya manusia diciptakan besifat keluh kesah lagi kikir" (QS. Al-Ma'arij (70): 19), tetapi Allah juga berfirman yang artinya: "kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya..." (QS. Al-Mukminun (23): 62).

Kalau kita sudah bisa menjalani hidup dengan kisi-kisi yang telah dikandung surat al-Insyirah di atas, maka sudah barang pasti Allah akan menganugerahkan pada kita sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Buktinya bisa kita lihat pada diri Rasulullah. Selain nabi-nabi yang lain, nama yang disejajarkan dengan nama Tuhan adalah nama Rasulullah. Jika nabi Ibrahim disebut khalilullah (kekasih Allah), maka Rasulullah lebih dari itu. Allah menggandeng nama Rasulullah, Muhammad, sebagai paduan dua kalimat syahadat.

Setidaknya seperti itulah falsafah hidup bahagia yang semuanya terkandung dalam surat al-Insyirah. Akan semua itu dibahas habis dalam buku "Sukses dan Bahagia dengan Aurat al-Insyirah: Bersama Kesulitan Pasti Ada Kemudahan". Taufiqurrahman Al-Azizy, penulis buku ini, dengan bahasa yang ringan menafsirkan ayat demi ayat dari surat al-Insyirah itu, dengan bahasa dan format yang mudah ditangkap berbagai kalangan. Bahasa dan format motivasi yang diambil penulis membuat buku ini tidak terkesan menggurui.

Layaknya tidak ada sesuatu yang sempurna, dalam buku ini banyak ditemukan kekeliruan dalam ejaan penulisannya. Karenanya buku ini terkesan terburu-buru dalam menerbitkannya dan tidak adanya ketelitian editornya. Padahal di sanalah fungsi editor yang sesungguhnya. ***

BAB II

PEMBAHASAN

SURAH AL-INSYIRAH

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللَّهِ بِِسْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

1. أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,

2. وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,

3. الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ yang memberatkan punggungmu?

4. وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.

5. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا Kerana sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,

6. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

7. فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

8. وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللَّهِ بِِسْمِ

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dariSurah al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.

لَكَ صَدْرَكَ نَشْرَحْ أَلَمْ

1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?

Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syarahajuga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.

Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.

Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.

Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ

2. Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,

Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul katawazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.


ظَهْرَكَ أَنْقَضَ الَّذِي

3. Yang telah memberatkan Punggungmu?

Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ.

4. Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?

Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.

Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

يُسْرًا الْعُسْرِ مَعَ فَإِنَّ

5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,

يُسْرًا الْعُسْرِ مَعَ إِنَّ

6. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.

Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.

Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.

فَانصَبْ فَرَغْتَ فَإِذَا

7. Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!

Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.

فَارْغَبْ رَبِّكَ لَى إِوَ

8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!

Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.[]

HIKMAH

Presuposisi adalah sebuah asumsi yang telah diakui kebenaran dari kata-katanya. Karena saya belum pandai dalam bahasa Arab maka saya mengkaji berdasarkan ilmu yang baru saya fahami. oleh karena itu mohon bantuan dari para sahabat untuk meluruskan saya jika saya khilaf atau lupa.

Seperti halnya sebuah kalimat " Ayo kamu semangat", kata tersebut memberikan presupose bahwa orang tersebut sedang tidak semangat sehinggat dia diberi motivasi agar dia semangat.

coba bandingkan dengan kata berikut

"Ayo kamu lebih semangat", tentu ada yang berbeda yah. Kata lebih semangat mempresuposisikan bahwa keadaan seseorang tersebut sudah semangat kemudian diberi motivasi agar menjadi lebih semangat lagi.

Yah kurang lebih itulah presuposisi.
Nah dalam kali ini saya ingin membedah tentang kajian surat Al Insyirah ayat 5-6 dari sisi saya seorang Neuro Linguistic Programmer.

AlQuran surat Al Insyirah:5-6 menyebutkan :
5: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
6: "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"

"Maka" : memiliki presupose bahwa ada kalimat sebelumnya yang berkaitan dengan ayat ini. Atau bisa juga kata "Maka" memperesupose tentang suatu PENEGASAN.

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" : memiliki presupose bahwa Kesulitan itu pasti terjadi bagi setiap manusia yang pernah hidup di muka bumi. Kesulitan itu adalah hal yang eksis dan pasti terjadi. Terlebih kata "sungguh" telah menekankan bahwa manusia tidak pernah tidak mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.

Jadi ketika seseorang mendapatkan kesulitan dunia maka itu adalah hal yang sudah digariskan dalam takdir mereka. Mereka tidak bisa mengelak kesulitan kehidupan. Baik saya , anda bahkan seorang Nabi seperti Baginda Muhammad SAW, sekalipun. Mungkin kita tahu bagaimana seorang Muhammad pernah ditimpuk oleh batu di Taif. Padahal dia itu adalah kekasih yang sangat dicintai oleh Allah. Namun kenapa Allah masih memberikan kesulitan itu hadir pada diriNya tak lain dan tak bukan karena itu sudah digariskan untuk menguji keimanan seperti yang telah diwahyukan dalam surat Al Ankabut ayat 2:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi"

Oleh karena itu ketika kesulitan itu hadir dalam kehidupan manusia. Maka yakinilah bahwa setiap kesulitan yang datang pasti karena seizin Allah SWT.

Dan Allah telah memberikan kabar gembira melalui surat Al Insyirah ini pada kata selanjutnya yaitu "KEMUDAHAN" yang hadir bersama kesulitan.

Kata "ma'a" memiliki arti "bersama" bukan sesudah. Dan artinya ketika Allah telah memberikan kesulitan dalam kehidupan kita maka Ia pun juga memberikan kunci jawaban dari kesulitan yang kita hadapi. Kunci jawaban itu sudah ada. Terutama bagi mereka yang berakal. Karena mereka telah mengatakan "Ya Allah , tidaklah engkau ciptakan ini semua dengan sia-sia." Sehingga bagi mereka yang berakal mereka dapat dengan mudah mendapatkan INSPIRASI dan HIKMAH dari setiap kesulitan yang datang kepada mereka.

Dan INSPIRASI itulah yang menjadi salah satu kunci KEMUDAHAN dari KESULITAN yang kita terima dalam kehidupan.

Berarti Allah secara tidak langsung telah meminta manusia untuk mencari Hikmah dari setiap KESULITAN yang mereka alami dalam rangka mencari SOLUSI/KEMUDAHAN

Mungkin inilah yang sebaiknya kita lakukan ketika ujian itu hadir daripada mengeluh atau bahkan saling menyalahkan. Padahal bukankah Allah lebih mengutamakan kita untuk mencari KEMUDAHAN terlebih dahulu daripada meributkan masalah yang sudah terlanjut terjadi.

Kemudian pada ayat ke-6, Allah menyebutkan lagi namun kali ini tidak ada kata sambung "maka" seperti ayat sebelumnya. Sehingga pada ayat ke-6 ini memberikan presupose berupa "Penguatan" dari ayat sebelumnya.

Karena ini diperkuat dua kali oleh Allah tentu ini adalah hal yang SANGAT DITEKANKAN oleh Allah agar manusia bisa menemukan KEMUDAHAN dibalik KESULITAN yang diberikan. Solusinya telah ada, tinggal bagaimana manusia mau melangkah mencari solusi yang tersembunyi bersama masalah yang dialami. Dan itulah petunjuk dari Allah agar manusia bisa menjadi Survive bahkan menjadi orang-orang yang bertaqwa.

Karena setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan maka ayat ini juga mempertegas ayat terakhir dari surat Al Baqarah yang memiliki arti :
"Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

sehingga ketika Allah memberikan ujian/beban pasti manusia itu sanggup karena itu sudah sesuai takaran kesanggupan orang tersebut.

Satu Kesulitan vs Dua Kemudahan

Percayalah pada janji Allah. Pun disaat kita diamuk gulana.

Semuanya sudah termaktub dalam lembaran ayat suci-Nya. Bacalah surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).

Tentu ayat di atas sudah tak asing lagi bagi kita. Kita seringkali mendengar ayat ini, namun kadang hati kita masih saja lalai, sehingga tidak betul-betul merenungkannya. Atau mungkin kita pun belum memahaminya. Padahal jika ayat tersebut betul-betul direnungkan sungguh luar biasa faedah yang dapat kita petik. Jika kita benar-benar mentadabburi ayat di atas, sungguh berbagai kesempitan akan terasa ringan dan semakin mudah kita pikul.

Percayalah…

“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

‘Abdullah bin Mas’ud RA pernah berkata, “Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang, maka kemudahan pun akan mengikutinya…”

Yakinlah saudaraku…

Bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang begitu dekat. Mungkin di awal-awal kesulitan, belum datang pertolongan atau jalan keluar. Namun ketika kesulitan semakin memuncak, semakin di ujung tanduk, maka setelah itu datanglah kemudahan. Mengapa demikian ya? Itu karena di puncak kesulitan, hati sudah begitu amat pasrah. Segala suatu telah diserahkan seluruhnya pada Allah, Rabb tempat bergantung segala urusan. Itulah yang dinamakan hakekat dari tawakkal.

Kuncinya adalah sabar. Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah.

Imam Asy Syafi’i pernah berkata dalam bait syair,

Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.

Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.

Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.

Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.

BAB III

PENUTUP

Ada ahli tafsir yang mengatakan bahwa melapangkan dada ialah yang terjadi pada malam israa mi'raj ketika Nabi sw. dibelah dadanya untuk ditambah nur iman, keyakinan dan kesabaran.

Abu Said Al Khudri ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
"
Jibril datang kepadaku dan berkata: Tuhanku dan Tuhanmu bertanya, Bagaimanakah Aku mengangkat setinggi-tinggi nama sebutanmu? jawab Nabi saw. Allahua'lam. Tuhan berkata: Jika nama-KU disebut maka namamu juga disebut bersama nama-Ku".

Anas bin Malik ra. berkata: Ketika Rasulullah saw. duduk dan dihadapannya ada batu tiba-tiba ia bersabda:
"
Andainya kesukaran datang dan masuk ke dalam batu ini niscaya akan akan datang pula kelapangan dan masuk ke dalam batu ini untuk mengeluarkan kesukaran itu. Maka tutunlah ayat 5 - 6.
(HR: Ibnu Abi Hatim).

Abu Hurairah ra. berkata , Rusulullah saw. bersabda:
"
Pertolongan dari Allah diturunkan dari langit menurut kadar beban keperluan dan turunlah kesabaran menurut kadar ujian musibah. Jika engkau telah selesai dari urusan duniamu maka tegakkan dirimu untuk melakukan ibadah dan kepada rahmat Tuhanmu sajalah engkau tetap berharap".

Prinsip Nilai yang bisa dipetik dari buku ini :
· Kemarahan, kesusahan, kegagalan, dan keburukan lainnya bermula dari cara pandang

yang salah, perbaiki cara pandang maka semuanya akan berubah
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran bahwa Allah menawarkan 2 kemudahan bagi setiap

kesusahan yang telah dihadapi dengan sabar dan syukur.
· Kegagalan atau kesusahan disebabkan beban pikiran/pekerjaan yang terlalu menumpuk.
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran, kerjakan segala sesuatu secara bertahap, jangan

memikirkan pekerjaan yang akan datang bila pekerjaan yang ada dihadapan belum

selesai.
· Hasil dari setiap usaha (mendapat pujian atau cercaan) bergantung pada cara kita

memasrahkan seluruh pekerjaan pada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ms.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Insyirah

http://jakarta45.wordpress.com/2011/05/26/hikmah-satu-kesulitan-vs-dua-kemudahan/

http://www.al-shia.org/html/id/quran/tafsir/juz30/094.htm

http://www.indoislamicstore.com/505-al-quranku-keren-al-insyirah-rahasia-dibalik-kesulitan.html

READ MORE - Makalah Al - Islam

Rabu, 22 Juni 2011

Makalah Al - Islam


QS. AL- INSYIR

OH

“Rahasia Dibalik Kesulitan”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Al- Islam







Disusun Oleh :

Irma Ervina

Shelvy Novia Wijayanti

PAKET 2


STAI ACPRILESMA INDONESIA

Jl. Raya Bintara Jaya no. 9 Rt. 08/Rw. 10 Bintara Jaya – Bekasi

2011



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia untuk dijadikan pedoman dan acuan dalam meraih keselamatan dunia dan akhirat. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat dan hidayah-Nya,tidak lupa kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa meneruskan perjuangannya demi tegaknya islam di muka bumi ini.

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena berkat iradah-Nya kami diberikan kemudahan sehingga kami mampu melalui hambatan-hambatan yang datang selama penyusunan makalah ini, tentunya dengan ridho Allah SWT terwujudlah makalah ini yang berjudul QS. Al Insyiroh ( Rahasia Dibalik Kesulitan).

Makalah ini memang bukan karya yang sempurna karena kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisannya, baik dalam isi, sistematika, dan teknik penulisannya. Walaupun masih banyak kekurangan, namun berkat bantuan dan kerjasama kelompok, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-teman sekalian akan saya terima dengan senang hati, guna penyempurnaan tugas makalah ini di kemudian hari. Selanjutnya, Semoga laporan praktikum ini bisa memberikan manfaat bagi saya selaku penulis dan bagi para pembaca. Amin.


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang / Asbabun Nuzul

Surah Al Inshirah atau Surat Alam Nasyrah( سورة الشرح )adalah surat ke-94 dalam Al Qur'an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah serta diturunkan sesudah surat Adh Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama, yang berarti: bukankah Kami telah melapangkan.

Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya.

Dalam menjalani hidup di dunia ini, tidak jarang ditemukan orang yang kadang merasa berat dalam menjalani hidupnya, apalagi di zaman global, yang penuh dengan tantangan ini. Karenanya seringkali seseorang merasa stres karena tidak kuat menjalaninya. Ketika seperti itu, ada yang melampiaskannya dengan minum minuman keras, mengkonsumsi sabu-sabu, melacur, dan sebagainya. Naasnya lagi kadang ada yang sampai berani bunuh diri. Naudzubillah.

Kenapa sampai terjadi seperti itu? Apa dan siapa yang salah? Apakah hidup bahagia memang tidak gampang dicapai oleh sembarang orang? Semua itu sebetulnya tergantung pada masing-masing diri kita sendiri. Kita tinggal memilih apakah kita ingin hidup bahagia atau tidak. Tinggal kita bagaimana cara mengatur emosi dan pikiran kita.

Bagaimana cara kita mengaturnya agar kita bisa mencapai hidup bahagia? Jawabannya bisa ditemukan dalam kandungan surat al-Insyirah, surat ke-94 dalam al-Qur'an. Surat al-Qur'an yang terdiri dari delapan ayat ini mengandung falsafah hidup yang patut kita jadikan acuan untuk menggapai kebahagiaan hakiki dunia-akhirat. Surat al-Insyirah ini bisa dijadikan paradigma meraih kesuksesan, keberhasilan, dan kebahagiaan hidup.

Kandungan pertama surat al-Insyirah ini diawali dengan anugerah lapang dada, yang kemudian dilanjutkan dengan anugerah-anugerah yang lain. Surah ini menyiratkan bahwa hidup itu berarti bercengkerama dengan kesulitan-kesulitan dan sekaligus menunjukkan bagaimana meraih kemudahan-kemudahan. Hal ini sesuai dengan bunyi salah satu ayat dalam surat ini yang artinya: "karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah (94): 5-6).

Pada hakikatnya, surat ini adalah surat yang dikhususkan kepada diri Rasulullah agar ia berlapang dada. Akan tetapi tidak ada salahnya kalau kita juga mengambil ibrah darinya. Apalangi sudah jelas bahwa Rasulullah itu merupakan contoh teladan yang patut dicontoh, seperti apa yang difirmankan Allah yang artinya: "sesungguhnya pada diri Rasulullah itu telah ada contoh suri tauladan yang baik..." (QS. Al-Ahzab (33): 21).

Dalam menjalani hidup di dunia ini setidaknya kita harus menghadapinya dengan penuh senyuman. Berbagai macam kesulitan (rintangan) yang pastinya akan dialami setiap orang, seyogianya dihadapi penuh pertimbangan dengan tetap berlapang dada, istiqamah, dan tidak menjadikannya sebuah beban. Falsafah dalam surat al-Insyirah bisa menuntun kita untuk bisa berdamai dengan aneka ragamnya kehidupan kita. Tuntunan surat al-Insyirah ini meminta kita agar dalam menjalani hidup pertama-pertama harus dan bisa berlapang dada, tetap istiqamah, dan terakhir pasrah terhadap semua apa yang telah kita usahakan.

Falsafah untuk berlapang dada ini ada pada ayat pertama surat al-Insyirah. Anjuran untuk tetap istiqamah ada pada ayat ketujuh. Dan ayat terakhir menganjurkan kepasrahan. Kesulitan-kesulitan yang mungkin sering berhadapan dengan kita, kita harus menghadapi dengan penuh lapang dada, tetap istiqamah menjalankannya sesuai dengan koridor kehidupan, dan terakhir kita pasrah pada Tuhan yang maha kuasa-yang nantinya pasti ada kemudahan yang akan diberikan-Nya. Allah sudah berjanji bahwa setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Inilah janji Allah yang tersurat pada ayat kelima dan enam dalam surat al-Insyirah ini. Allah tidak ada mengingkarinya janjinya (QS. Ali Imran (3): 9).

Sungguh luar biasa, lewat surat al-Insyirah ini Allah memberi tahu rumus bagaimana cara kita menjalani kehidupan. Dengan rahman dan rahim-Nya, Allah bekali diri kita potensi untuk mengatasi kelemahan yang ada pada diri kita. Allah berfirman yang artinya: "sesungguhnya manusia diciptakan besifat keluh kesah lagi kikir" (QS. Al-Ma'arij (70): 19), tetapi Allah juga berfirman yang artinya: "kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya..." (QS. Al-Mukminun (23): 62).

Kalau kita sudah bisa menjalani hidup dengan kisi-kisi yang telah dikandung surat al-Insyirah di atas, maka sudah barang pasti Allah akan menganugerahkan pada kita sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Buktinya bisa kita lihat pada diri Rasulullah. Selain nabi-nabi yang lain, nama yang disejajarkan dengan nama Tuhan adalah nama Rasulullah. Jika nabi Ibrahim disebut khalilullah (kekasih Allah), maka Rasulullah lebih dari itu. Allah menggandeng nama Rasulullah, Muhammad, sebagai paduan dua kalimat syahadat.

Setidaknya seperti itulah falsafah hidup bahagia yang semuanya terkandung dalam surat al-Insyirah. Akan semua itu dibahas habis dalam buku "Sukses dan Bahagia dengan Aurat al-Insyirah: Bersama Kesulitan Pasti Ada Kemudahan". Taufiqurrahman Al-Azizy, penulis buku ini, dengan bahasa yang ringan menafsirkan ayat demi ayat dari surat al-Insyirah itu, dengan bahasa dan format yang mudah ditangkap berbagai kalangan. Bahasa dan format motivasi yang diambil penulis membuat buku ini tidak terkesan menggurui.

Layaknya tidak ada sesuatu yang sempurna, dalam buku ini banyak ditemukan kekeliruan dalam ejaan penulisannya. Karenanya buku ini terkesan terburu-buru dalam menerbitkannya dan tidak adanya ketelitian editornya. Padahal di sanalah fungsi editor yang sesungguhnya. ***

BAB II

PEMBAHASAN

SURAH AL-INSYIRAH

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللَّهِ بِِسْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

1. أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,

2. وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,

3. الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ yang memberatkan punggungmu?

4. وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.

5. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا Kerana sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,

6. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

7. فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

8. وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللَّهِ بِِسْمِ

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dariSurah al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.

لَكَ صَدْرَكَ نَشْرَحْ أَلَمْ

1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?

Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syarahajuga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.

Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.

Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.

Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ

2. Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,

Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul katawazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.


ظَهْرَكَ أَنْقَضَ الَّذِي

3. Yang telah memberatkan Punggungmu?

Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ.

4. Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?

Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.

Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

يُسْرًا الْعُسْرِ مَعَ فَإِنَّ

5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,

يُسْرًا الْعُسْرِ مَعَ إِنَّ

6. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.

Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.

Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.

فَانصَبْ فَرَغْتَ فَإِذَا

7. Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!

Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.

فَارْغَبْ رَبِّكَ لَى إِوَ

8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!

Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.[]

HIKMAH

Presuposisi adalah sebuah asumsi yang telah diakui kebenaran dari kata-katanya. Karena saya belum pandai dalam bahasa Arab maka saya mengkaji berdasarkan ilmu yang baru saya fahami. oleh karena itu mohon bantuan dari para sahabat untuk meluruskan saya jika saya khilaf atau lupa.

Seperti halnya sebuah kalimat " Ayo kamu semangat", kata tersebut memberikan presupose bahwa orang tersebut sedang tidak semangat sehinggat dia diberi motivasi agar dia semangat.

coba bandingkan dengan kata berikut

"Ayo kamu lebih semangat", tentu ada yang berbeda yah. Kata lebih semangat mempresuposisikan bahwa keadaan seseorang tersebut sudah semangat kemudian diberi motivasi agar menjadi lebih semangat lagi.

Yah kurang lebih itulah presuposisi.
Nah dalam kali ini saya ingin membedah tentang kajian surat Al Insyirah ayat 5-6 dari sisi saya seorang Neuro Linguistic Programmer.

AlQuran surat Al Insyirah:5-6 menyebutkan :
5: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
6: "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"

"Maka" : memiliki presupose bahwa ada kalimat sebelumnya yang berkaitan dengan ayat ini. Atau bisa juga kata "Maka" memperesupose tentang suatu PENEGASAN.

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" : memiliki presupose bahwa Kesulitan itu pasti terjadi bagi setiap manusia yang pernah hidup di muka bumi. Kesulitan itu adalah hal yang eksis dan pasti terjadi. Terlebih kata "sungguh" telah menekankan bahwa manusia tidak pernah tidak mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.

Jadi ketika seseorang mendapatkan kesulitan dunia maka itu adalah hal yang sudah digariskan dalam takdir mereka. Mereka tidak bisa mengelak kesulitan kehidupan. Baik saya , anda bahkan seorang Nabi seperti Baginda Muhammad SAW, sekalipun. Mungkin kita tahu bagaimana seorang Muhammad pernah ditimpuk oleh batu di Taif. Padahal dia itu adalah kekasih yang sangat dicintai oleh Allah. Namun kenapa Allah masih memberikan kesulitan itu hadir pada diriNya tak lain dan tak bukan karena itu sudah digariskan untuk menguji keimanan seperti yang telah diwahyukan dalam surat Al Ankabut ayat 2:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi"

Oleh karena itu ketika kesulitan itu hadir dalam kehidupan manusia. Maka yakinilah bahwa setiap kesulitan yang datang pasti karena seizin Allah SWT.

Dan Allah telah memberikan kabar gembira melalui surat Al Insyirah ini pada kata selanjutnya yaitu "KEMUDAHAN" yang hadir bersama kesulitan.

Kata "ma'a" memiliki arti "bersama" bukan sesudah. Dan artinya ketika Allah telah memberikan kesulitan dalam kehidupan kita maka Ia pun juga memberikan kunci jawaban dari kesulitan yang kita hadapi. Kunci jawaban itu sudah ada. Terutama bagi mereka yang berakal. Karena mereka telah mengatakan "Ya Allah , tidaklah engkau ciptakan ini semua dengan sia-sia." Sehingga bagi mereka yang berakal mereka dapat dengan mudah mendapatkan INSPIRASI dan HIKMAH dari setiap kesulitan yang datang kepada mereka.

Dan INSPIRASI itulah yang menjadi salah satu kunci KEMUDAHAN dari KESULITAN yang kita terima dalam kehidupan.

Berarti Allah secara tidak langsung telah meminta manusia untuk mencari Hikmah dari setiap KESULITAN yang mereka alami dalam rangka mencari SOLUSI/KEMUDAHAN

Mungkin inilah yang sebaiknya kita lakukan ketika ujian itu hadir daripada mengeluh atau bahkan saling menyalahkan. Padahal bukankah Allah lebih mengutamakan kita untuk mencari KEMUDAHAN terlebih dahulu daripada meributkan masalah yang sudah terlanjut terjadi.

Kemudian pada ayat ke-6, Allah menyebutkan lagi namun kali ini tidak ada kata sambung "maka" seperti ayat sebelumnya. Sehingga pada ayat ke-6 ini memberikan presupose berupa "Penguatan" dari ayat sebelumnya.

Karena ini diperkuat dua kali oleh Allah tentu ini adalah hal yang SANGAT DITEKANKAN oleh Allah agar manusia bisa menemukan KEMUDAHAN dibalik KESULITAN yang diberikan. Solusinya telah ada, tinggal bagaimana manusia mau melangkah mencari solusi yang tersembunyi bersama masalah yang dialami. Dan itulah petunjuk dari Allah agar manusia bisa menjadi Survive bahkan menjadi orang-orang yang bertaqwa.

Karena setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan maka ayat ini juga mempertegas ayat terakhir dari surat Al Baqarah yang memiliki arti :
"Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

sehingga ketika Allah memberikan ujian/beban pasti manusia itu sanggup karena itu sudah sesuai takaran kesanggupan orang tersebut.

Satu Kesulitan vs Dua Kemudahan

Percayalah pada janji Allah. Pun disaat kita diamuk gulana.

Semuanya sudah termaktub dalam lembaran ayat suci-Nya. Bacalah surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).

Tentu ayat di atas sudah tak asing lagi bagi kita. Kita seringkali mendengar ayat ini, namun kadang hati kita masih saja lalai, sehingga tidak betul-betul merenungkannya. Atau mungkin kita pun belum memahaminya. Padahal jika ayat tersebut betul-betul direnungkan sungguh luar biasa faedah yang dapat kita petik. Jika kita benar-benar mentadabburi ayat di atas, sungguh berbagai kesempitan akan terasa ringan dan semakin mudah kita pikul.

Percayalah…

“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

‘Abdullah bin Mas’ud RA pernah berkata, “Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang, maka kemudahan pun akan mengikutinya…”

Yakinlah saudaraku…

Bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang begitu dekat. Mungkin di awal-awal kesulitan, belum datang pertolongan atau jalan keluar. Namun ketika kesulitan semakin memuncak, semakin di ujung tanduk, maka setelah itu datanglah kemudahan. Mengapa demikian ya? Itu karena di puncak kesulitan, hati sudah begitu amat pasrah. Segala suatu telah diserahkan seluruhnya pada Allah, Rabb tempat bergantung segala urusan. Itulah yang dinamakan hakekat dari tawakkal.

Kuncinya adalah sabar. Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah.

Imam Asy Syafi’i pernah berkata dalam bait syair,

Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.

Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.

Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.

Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.

BAB III

PENUTUP

Ada ahli tafsir yang mengatakan bahwa melapangkan dada ialah yang terjadi pada malam israa mi'raj ketika Nabi sw. dibelah dadanya untuk ditambah nur iman, keyakinan dan kesabaran.

Abu Said Al Khudri ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
"
Jibril datang kepadaku dan berkata: Tuhanku dan Tuhanmu bertanya, Bagaimanakah Aku mengangkat setinggi-tinggi nama sebutanmu? jawab Nabi saw. Allahua'lam. Tuhan berkata: Jika nama-KU disebut maka namamu juga disebut bersama nama-Ku".

Anas bin Malik ra. berkata: Ketika Rasulullah saw. duduk dan dihadapannya ada batu tiba-tiba ia bersabda:
"
Andainya kesukaran datang dan masuk ke dalam batu ini niscaya akan akan datang pula kelapangan dan masuk ke dalam batu ini untuk mengeluarkan kesukaran itu. Maka tutunlah ayat 5 - 6.
(HR: Ibnu Abi Hatim).

Abu Hurairah ra. berkata , Rusulullah saw. bersabda:
"
Pertolongan dari Allah diturunkan dari langit menurut kadar beban keperluan dan turunlah kesabaran menurut kadar ujian musibah. Jika engkau telah selesai dari urusan duniamu maka tegakkan dirimu untuk melakukan ibadah dan kepada rahmat Tuhanmu sajalah engkau tetap berharap".

Prinsip Nilai yang bisa dipetik dari buku ini :
· Kemarahan, kesusahan, kegagalan, dan keburukan lainnya bermula dari cara pandang

yang salah, perbaiki cara pandang maka semuanya akan berubah
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran bahwa Allah menawarkan 2 kemudahan bagi setiap

kesusahan yang telah dihadapi dengan sabar dan syukur.
· Kegagalan atau kesusahan disebabkan beban pikiran/pekerjaan yang terlalu menumpuk.
· Yakinlah pada cara pandang Al-Quran, kerjakan segala sesuatu secara bertahap, jangan

memikirkan pekerjaan yang akan datang bila pekerjaan yang ada dihadapan belum

selesai.
· Hasil dari setiap usaha (mendapat pujian atau cercaan) bergantung pada cara kita

memasrahkan seluruh pekerjaan pada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ms.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Insyirah

http://jakarta45.wordpress.com/2011/05/26/hikmah-satu-kesulitan-vs-dua-kemudahan/

http://www.al-shia.org/html/id/quran/tafsir/juz30/094.htm

http://www.indoislamicstore.com/505-al-quranku-keren-al-insyirah-rahasia-dibalik-kesulitan.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

AKHWATimoet Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Celebrity Gossip