b:include data='blog' name='all-head-content'/>
bismillah

Welcome

31. Katakanlah ( Muhammad ), " Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. " Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang,
32. Katakanlah ( Muhammad ), " Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-org kafir. " ( QS. Ali Imron : 31-32 )
Fruity Cherry Heart

Kamis, 09 Desember 2010

Pojok Hikmah: Allah Telah Menjadikan Kunci Bagi Segala Sesuatu

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.45 0 komentar
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya, Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaiman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Kunci shalat adalah bersuci’, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram, kunci kebajikan adalah kejujuran, kunci surga adalah tauhid, kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan, kunci kemenangan adalah kesabaran, kunci ditambahnya nikmat adalah syukur, kunci kewalian adalah mahabbah dan dzikir, kunci keberuntungan adalah takwa, kunci taufik adalah harap dan cemas kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kunci dikabulkan adalah doa, kunci keinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia, kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan bagi-Nya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan, dan meninggalkan, kunci hidupnya hati adalah tadabbur al-Qur’an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa, kunci didapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya, kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kunci persiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan, kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung akhirat, kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.


“Ini adalah bab yang agung dari bab-bab ilmu yang paling bermanfaat, yaitu mengetahui pintu-pintu kebaikan dan kejelekan, tidaklah diberi taufik untuk mengetahuinya dan memperhatikannya kecuali seorang yang memiliki bagian dan taufik yang agung, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan khamr sebagai kunci segala dosa. Dia jadikan nyanyian sebagai kunci perzinaan, Dia jadikan melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan, Dia jadikan kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu, Dia jadikan kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran, Dia jadikan dusta sebagai kunci kenifakan (kemunafikan -ed), Dia jadikan kekikiran dan ketamakan sebagai kunci kebakhilan, memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan Dia jadikan berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid’ahan dan kesesatan.

“Perkara-perkara ini tidaklah membenarkannya kecuali setiap orang yang memiliki ilmu yang shahih dan akal yang bisa mengetahui dengannya apa yang ada dalam dirinya dan apa yang berwujud dari kebaikan dan kejelekan. Maka sepantasnya seorang hamba memperhatikan dengan sebaik-baiknya ilmu terhadap kunci-kunci ini dan kunci-kunci yang dijadikan untuknya.” (Hadil Arwah 1/48-49)

Dikutip dari artikel Kunci Kebaikan dan Kunci Kejelekan Majalah Al-Furqon No. 77 1429/2008 oleh Ummul Hasan

***

Artikel www.muslimah.or.id
www.tehirma.blogspot.com
READ MORE - Pojok Hikmah: Allah Telah Menjadikan Kunci Bagi Segala Sesuatu

Pojok Hikmah: Qishash di Antara Dua Kambing

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.36 0 komentar
Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu bahwasanya suatu hari ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sedang duduk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada dua kambing bertemu dan salah satu dari keduanya saling menanduk yang lainnya sehingga dapat mengalahkannya. Perawi berkata, lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pun tertawa. Maka dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah apa yang menyebabkanmu tertawa?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya kagum dengan kambing itu. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh kambing itu akan digiring pada Hari Kiamat.” (Musnad Ahmad (5/173))

Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Pada Hari Kiamat semua hak akan diberikan kepada ahlinya sehingga kambing yang bertanduk pun akan dituntun untuk menuju kambing yang kurus (untuk membalaskan perbuatan kambing bertanduk yang menanduk kambing kurus ketika di dunia).” (HR. Muslim, pasal tentang al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab, bab: Haram berbuat sewenang-wenang, (2582)

*) Dikutip dari buku “Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam” (edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu `alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh www.muslimah.or.id

www.tehirma.blogspot.com
READ MORE - Pojok Hikmah: Qishash di Antara Dua Kambing

Pojok Hikmah: Syafa’at Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.34 0 komentar
Dari Abdurrahman bin Abu Uqail radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Saya pergi sebagai utusan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kamipun mendatanginya. Kemudian kami mengetuk pintu. Pada saat itu, tidak ada seorang manusia pun yang kami benci daripada seorang laki-laki yang rumahnya akan kami masuki (maksudnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Akan tetapi, belum sempat kami keluar dari rumah itu hingga akhirnya tidak ada seorang manusia pun yang lebih kami sukai daripada seorang laki-laki yang kami masuki rumahnya itu. Salah seorang dari kami berkata, “Wahai Rasulullah! Kenapa engkau tidak meminta kerajaan sebagaimana nabi Sulaiman ‘alaihissalam?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, kemudian beliau bersabda, “Semoga saja menjadi sahabat kalian lebih utama di sisi Allah dibandingkan memperoleh kerajaan Sulaiman. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali Dia juga memberikan doa kepadanya. Dari mereka ada yang meminta dunia dengan dia tersebut, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkannya. Diantara mereka ada juga yang berdoa dengan doa tersebut jika kaumnya itu melakukan maksiat dan melanggar perintahnya sehingga akhirnya mereka pun dihancurkan. Dan sesungguhnya Allah juga telah memberi doa kepadaku. Namun aku simpan di sisi Rabbku agar pada Hari Kiamat nanti dapat menjadi syafaat bagi umatku.” **

Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan saya adalah nabi yangmemberikan syafaat, maka saya akhirkan doa tersebut buat umatku. Dan mereka itulah (maksudnya orang-orang yang mendapat syafaat) adalah orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” **



*) Dikutip dari buku Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh www.muslimah.or.id

**) Lihat Majma’ az-Zawa’id oleh al-Haitsami (10/371)

www.tehirma.blogspot.com
READ MORE - Pojok Hikmah: Syafa’at Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam

Cara Mengobati Rakus dan Tamak

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.31 0 komentar
Ketahuilah bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur: sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:

1. Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.

2. Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa depan, yang bisa dibantu dengan membatasi harapan-harapan yang hendak dicapainya dan merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah. Jika sebuah pintu rezeki tertutup baginya, sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-pintu yang lain. Oleh karena itu hatinya tidak perlu merasa gusar.

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَآبَّةٍ لاَ تَحْمِلُ رِزْقُهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَإيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-’Ankabut: 60)

3. Hendaklah dia mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan karena dengan kedua sifat tersebut, dia merasa tidak pernah cukup. Barangsiapa yang lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya, berarti dia adalah orang yang lemah akalnya dan tipis imannya.

4. Memikirkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang hina dan bodoh karena tenggelam dalam kenikmatan. Setelah itu hendaklah dia melihat kepada para nabi dan orang shalih, menyimak perkataan dan keadaan mereka, lalu menyuruh akalnya untuk memilih antara makhluk yang mulia di sisi Allah ataukah menyerupai penghuni dunia yang hina.

5. Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُنْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَأَنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah limpahkan kepada kalian.” (Hadits riwayat Muslim)

Hadits ini berlaku dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaklah setiap muslim berlomba-lomba untuk mencapai derajat kedudukan tertinggi.

Penopang urusan ini adalah sabar dan membatasi harapan serta menyadari bahwa sasaran kesabarannya di dunia hanya berlangsung tidak seberapa lama untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi, seperti orang sakit yang harus menunggu pahitnya obat saat menelannya, karena dia mengharapkan kesembuhan selama-lamanya.

(Dirangkum dari Terjemahan Mukhtashar Minjahul Qashidin (hlm.253-255), karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Maret 2004; dengan pengubahan seperlunya oleh redaksi www.muslimah or.id)
www.tehirma.blogspot.com
READ MORE - Cara Mengobati Rakus dan Tamak

Hikmah Turunnya Al-Quran Secara Berangsur-Angsur

Diposting oleh AKHWATimoet di 19.27 0 komentar


Telah jelas dari pembagian Al-Quran menjadi ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah menunjukkan bahwa Al-Quran turun secara berangsur-angsur. Turunnya Al-Quran dengan cara tersebut memiliki hikmah yang banyak, di antaranya:

1. Pengokohan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla pada surat Al-Furqan, ayat 32—33,
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”
2. Memberi kemudahan bagi manusia untuk menghapal, memahami serta mengamalkannya, karena Al-Quran dibacakan kepadanya secara bertahap. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat Al-Isra`, ayat 106,
“Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
3. Memberikan semangat untuk menerima dan melaksanakan apa yang telah diturunkan di dalam Al-Quran karena manusia rindu dan mengharapkan turunnya ayat, terlebih lagi ketika mereka sangat membutuhkannya. Seperti dalam ayat-ayat ‘ifk (berita dusta yang disebarkan sebagian orang tentang Aisyah radhiyallahu ‘anha=) dan li’an.
4. Penetapan syariat secara bertahap sampai kepada tingkatan yang sempurna.
Seperti yang terdapat dalam ayat khamr, yang mana manusia pada masa itu hidup dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga sulit jika mereka diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total.
1. Maka untuk pertama kali turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu, surat Al-Baqarah ayat 219) yang menerangkan keadaan khamr. Ayat ini membentuk kesiapan jiwa-jiwa manusia untuk pada akhirnya mau menerima pengharaman khamr, di mana akal menuntut untuk tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang dosanya lebih besar daripada manfaatnya.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa’atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
2. Kemudian yang kedua turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat An-Nisaa` ayat 43). dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membiasakan meninggalkan khamr pada keadaan-keadaan tertentu yaitu waktu shalat.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.”
3. Kemudian tahap ketiga turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat Al-Ma-idah ayat 90–92). Dalam ayat tersebut terdapat larangan meminum khamr dalam semua keadaan, hal itu sempurna setelah melalui tahap pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia, kemudian diperintah untuk membiasakan diri meninggalkan khamr pada keadaan tertentu.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”

(Diringkas dari terjemahan Ushulun fi At-Tafsiri, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin (hlm. 36—38), penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang dengan beberapa penambahan penjelasan dan pengubahan aksara oleh www.muslimah.or.id)
www.tehirma.blogspot.com

***
READ MORE - Hikmah Turunnya Al-Quran Secara Berangsur-Angsur

Bulan Terbelah Tanda Mukjizat Allah

Diposting oleh AKHWATimoet di 18.07 0 komentar


Allah berfirman:

“Sungguh telah dekat hari kiamat, dan bulan pun telah terbelah.” (Q.S. Al-Qamar: 1)

Apakah
kalian akan membenarkan ayat Al-Qur’an ini yang menyebabkan masuk
Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya.

Dalam
temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul
Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya,
apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat
secara ilmiah?

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah.

Beberapa
waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris
bagian Barat. Para peserta yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan
ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah
seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.

Salah
seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, “Wahai
Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi Telah dekat hari qiamat
dan bulan pun telah terbelah mengandung mukjizat secara ilmiah?

Maka
saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu
pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu
pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya
bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul
terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas
kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2 sebelumnya.

Dan
mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap
orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab
Allah dan hadits2 Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman
ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar
termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadits2 Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam. Dan memang Allah ta’alaa benar2 maha berkuasa atas segala
sesuatu.

Maka
Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah
membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah
ke Madinah Munawarah. Orang2 musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau
engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan
yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek
dan meng-olok2)?

Rasulullah
bertanya, “Apa yang kalian inginkan?” Mereka menjawab, “Coba belah
bulan…” Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar
menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad saw agar mengarahkan
telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan
dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2
musyrik pun berujar, “Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!”

Akan
tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja
“menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir
orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2
yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2
Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang
baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama
kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya,
“Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka
menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan
terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu
kembali…”

Maka
sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir
(ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: “Sungguh, telah
dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2
kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini
adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap…
(sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini
adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan
setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut,
berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya
berkata, “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai
Tuan, bolehkah aku menambahkan?”

Prof.
Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: “Dipersilahkan dengan senang hati.” Daud
Musa Pitkhok berkata, “Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi
muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah
terjemah makna2 Al-Qur’an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih
kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku
mem-buka2 terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka surat yang pertama
aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: “Telah dekat hari
qiamat dan bulan pun telah terbelah…”

Aku
bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa
terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang
bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2
selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2.
Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam
pencarian kebenaran.

Suatu
hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi
antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS.
Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu
besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang
sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan
perselisihan.

Presenter
berkata, “Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah
lebih banyak gunanya.” Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek
antariksanya dan berkata, “Proyek antariksa ini akan membawa dampak
yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada
segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut
bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan
kehidupan manusia.”

Dalam
diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan
kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah
menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu,
presenter terperangah kaget dan berkata, “Kebodohan macam apalagi ini,
dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di
bulan?”

Mereka
pun menjawab, “Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu
pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang
ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat
tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta
dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana
itu kepada siapapun.”

Mendengar
hal itu, presenter itu pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah
capai hingga demikian mahal taruhannya?” Mereka menjawab, “Ternyata
bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian
menyatu kembali!

Presenter
pun bertanya, “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?” Mereka
menjawab, “Kami mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah
(karena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan.
Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka
mengatakan, “Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan
pernah terbelah lalu bersatu kembali!”

Mendengar
paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, “Maka aku pun
turun dari kursi dan berkata, Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi
pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang
lalu. Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang
begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan
kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah… Lalu aku pun
kembali membuka Mushhaf Al-Qur’an dan aku baca surat Al-Qamar. Dan saat
itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.”

Subhanallah….

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
READ MORE - Bulan Terbelah Tanda Mukjizat Allah

Kamis, 09 Desember 2010

Pojok Hikmah: Allah Telah Menjadikan Kunci Bagi Segala Sesuatu

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya, Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaiman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Kunci shalat adalah bersuci’, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram, kunci kebajikan adalah kejujuran, kunci surga adalah tauhid, kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan, kunci kemenangan adalah kesabaran, kunci ditambahnya nikmat adalah syukur, kunci kewalian adalah mahabbah dan dzikir, kunci keberuntungan adalah takwa, kunci taufik adalah harap dan cemas kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kunci dikabulkan adalah doa, kunci keinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia, kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan bagi-Nya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan, dan meninggalkan, kunci hidupnya hati adalah tadabbur al-Qur’an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa, kunci didapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya, kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kunci persiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan, kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung akhirat, kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.


“Ini adalah bab yang agung dari bab-bab ilmu yang paling bermanfaat, yaitu mengetahui pintu-pintu kebaikan dan kejelekan, tidaklah diberi taufik untuk mengetahuinya dan memperhatikannya kecuali seorang yang memiliki bagian dan taufik yang agung, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan khamr sebagai kunci segala dosa. Dia jadikan nyanyian sebagai kunci perzinaan, Dia jadikan melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan, Dia jadikan kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu, Dia jadikan kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran, Dia jadikan dusta sebagai kunci kenifakan (kemunafikan -ed), Dia jadikan kekikiran dan ketamakan sebagai kunci kebakhilan, memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan Dia jadikan berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid’ahan dan kesesatan.

“Perkara-perkara ini tidaklah membenarkannya kecuali setiap orang yang memiliki ilmu yang shahih dan akal yang bisa mengetahui dengannya apa yang ada dalam dirinya dan apa yang berwujud dari kebaikan dan kejelekan. Maka sepantasnya seorang hamba memperhatikan dengan sebaik-baiknya ilmu terhadap kunci-kunci ini dan kunci-kunci yang dijadikan untuknya.” (Hadil Arwah 1/48-49)

Dikutip dari artikel Kunci Kebaikan dan Kunci Kejelekan Majalah Al-Furqon No. 77 1429/2008 oleh Ummul Hasan

***

Artikel www.muslimah.or.id
www.tehirma.blogspot.com

Pojok Hikmah: Qishash di Antara Dua Kambing

Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu bahwasanya suatu hari ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sedang duduk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada dua kambing bertemu dan salah satu dari keduanya saling menanduk yang lainnya sehingga dapat mengalahkannya. Perawi berkata, lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pun tertawa. Maka dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah apa yang menyebabkanmu tertawa?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya kagum dengan kambing itu. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh kambing itu akan digiring pada Hari Kiamat.” (Musnad Ahmad (5/173))

Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Pada Hari Kiamat semua hak akan diberikan kepada ahlinya sehingga kambing yang bertanduk pun akan dituntun untuk menuju kambing yang kurus (untuk membalaskan perbuatan kambing bertanduk yang menanduk kambing kurus ketika di dunia).” (HR. Muslim, pasal tentang al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab, bab: Haram berbuat sewenang-wenang, (2582)

*) Dikutip dari buku “Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam” (edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu `alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh www.muslimah.or.id

www.tehirma.blogspot.com

Pojok Hikmah: Syafa’at Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam

Dari Abdurrahman bin Abu Uqail radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Saya pergi sebagai utusan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kamipun mendatanginya. Kemudian kami mengetuk pintu. Pada saat itu, tidak ada seorang manusia pun yang kami benci daripada seorang laki-laki yang rumahnya akan kami masuki (maksudnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Akan tetapi, belum sempat kami keluar dari rumah itu hingga akhirnya tidak ada seorang manusia pun yang lebih kami sukai daripada seorang laki-laki yang kami masuki rumahnya itu. Salah seorang dari kami berkata, “Wahai Rasulullah! Kenapa engkau tidak meminta kerajaan sebagaimana nabi Sulaiman ‘alaihissalam?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, kemudian beliau bersabda, “Semoga saja menjadi sahabat kalian lebih utama di sisi Allah dibandingkan memperoleh kerajaan Sulaiman. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali Dia juga memberikan doa kepadanya. Dari mereka ada yang meminta dunia dengan dia tersebut, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkannya. Diantara mereka ada juga yang berdoa dengan doa tersebut jika kaumnya itu melakukan maksiat dan melanggar perintahnya sehingga akhirnya mereka pun dihancurkan. Dan sesungguhnya Allah juga telah memberi doa kepadaku. Namun aku simpan di sisi Rabbku agar pada Hari Kiamat nanti dapat menjadi syafaat bagi umatku.” **

Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan saya adalah nabi yangmemberikan syafaat, maka saya akhirkan doa tersebut buat umatku. Dan mereka itulah (maksudnya orang-orang yang mendapat syafaat) adalah orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” **



*) Dikutip dari buku Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh www.muslimah.or.id

**) Lihat Majma’ az-Zawa’id oleh al-Haitsami (10/371)

www.tehirma.blogspot.com

Cara Mengobati Rakus dan Tamak

Ketahuilah bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur: sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:

1. Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.

2. Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa depan, yang bisa dibantu dengan membatasi harapan-harapan yang hendak dicapainya dan merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah. Jika sebuah pintu rezeki tertutup baginya, sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-pintu yang lain. Oleh karena itu hatinya tidak perlu merasa gusar.

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَآبَّةٍ لاَ تَحْمِلُ رِزْقُهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَإيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-’Ankabut: 60)

3. Hendaklah dia mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan karena dengan kedua sifat tersebut, dia merasa tidak pernah cukup. Barangsiapa yang lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya, berarti dia adalah orang yang lemah akalnya dan tipis imannya.

4. Memikirkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang hina dan bodoh karena tenggelam dalam kenikmatan. Setelah itu hendaklah dia melihat kepada para nabi dan orang shalih, menyimak perkataan dan keadaan mereka, lalu menyuruh akalnya untuk memilih antara makhluk yang mulia di sisi Allah ataukah menyerupai penghuni dunia yang hina.

5. Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُنْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَأَنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah limpahkan kepada kalian.” (Hadits riwayat Muslim)

Hadits ini berlaku dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaklah setiap muslim berlomba-lomba untuk mencapai derajat kedudukan tertinggi.

Penopang urusan ini adalah sabar dan membatasi harapan serta menyadari bahwa sasaran kesabarannya di dunia hanya berlangsung tidak seberapa lama untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi, seperti orang sakit yang harus menunggu pahitnya obat saat menelannya, karena dia mengharapkan kesembuhan selama-lamanya.

(Dirangkum dari Terjemahan Mukhtashar Minjahul Qashidin (hlm.253-255), karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Maret 2004; dengan pengubahan seperlunya oleh redaksi www.muslimah or.id)
www.tehirma.blogspot.com

Hikmah Turunnya Al-Quran Secara Berangsur-Angsur



Telah jelas dari pembagian Al-Quran menjadi ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah menunjukkan bahwa Al-Quran turun secara berangsur-angsur. Turunnya Al-Quran dengan cara tersebut memiliki hikmah yang banyak, di antaranya:

1. Pengokohan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla pada surat Al-Furqan, ayat 32—33,
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”
2. Memberi kemudahan bagi manusia untuk menghapal, memahami serta mengamalkannya, karena Al-Quran dibacakan kepadanya secara bertahap. Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat Al-Isra`, ayat 106,
“Dan Al Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
3. Memberikan semangat untuk menerima dan melaksanakan apa yang telah diturunkan di dalam Al-Quran karena manusia rindu dan mengharapkan turunnya ayat, terlebih lagi ketika mereka sangat membutuhkannya. Seperti dalam ayat-ayat ‘ifk (berita dusta yang disebarkan sebagian orang tentang Aisyah radhiyallahu ‘anha=) dan li’an.
4. Penetapan syariat secara bertahap sampai kepada tingkatan yang sempurna.
Seperti yang terdapat dalam ayat khamr, yang mana manusia pada masa itu hidup dengan khamr dan terbiasa dengan hal tersebut, sehingga sulit jika mereka diperintahkan secara spontan meninggalkannya secara total.
1. Maka untuk pertama kali turunlah firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu, surat Al-Baqarah ayat 219) yang menerangkan keadaan khamr. Ayat ini membentuk kesiapan jiwa-jiwa manusia untuk pada akhirnya mau menerima pengharaman khamr, di mana akal menuntut untuk tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang dosanya lebih besar daripada manfaatnya.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa’atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
2. Kemudian yang kedua turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat An-Nisaa` ayat 43). dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membiasakan meninggalkan khamr pada keadaan-keadaan tertentu yaitu waktu shalat.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.”
3. Kemudian tahap ketiga turun firman Allah ‘Azza wa Jalla (yaitu surat Al-Ma-idah ayat 90–92). Dalam ayat tersebut terdapat larangan meminum khamr dalam semua keadaan, hal itu sempurna setelah melalui tahap pembentukan kesiapan jiwa-jiwa manusia, kemudian diperintah untuk membiasakan diri meninggalkan khamr pada keadaan tertentu.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”

(Diringkas dari terjemahan Ushulun fi At-Tafsiri, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin (hlm. 36—38), penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang dengan beberapa penambahan penjelasan dan pengubahan aksara oleh www.muslimah.or.id)
www.tehirma.blogspot.com

***

Bulan Terbelah Tanda Mukjizat Allah



Allah berfirman:

“Sungguh telah dekat hari kiamat, dan bulan pun telah terbelah.” (Q.S. Al-Qamar: 1)

Apakah
kalian akan membenarkan ayat Al-Qur’an ini yang menyebabkan masuk
Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya.

Dalam
temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul
Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya,
apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat
secara ilmiah?

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah.

Beberapa
waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris
bagian Barat. Para peserta yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan
ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah
seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.

Salah
seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, “Wahai
Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi Telah dekat hari qiamat
dan bulan pun telah terbelah mengandung mukjizat secara ilmiah?

Maka
saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu
pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu
pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya
bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul
terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas
kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2 sebelumnya.

Dan
mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap
orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab
Allah dan hadits2 Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman
ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar
termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadits2 Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam. Dan memang Allah ta’alaa benar2 maha berkuasa atas segala
sesuatu.

Maka
Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah
membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah
ke Madinah Munawarah. Orang2 musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau
engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan
yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek
dan meng-olok2)?

Rasulullah
bertanya, “Apa yang kalian inginkan?” Mereka menjawab, “Coba belah
bulan…” Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar
menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad saw agar mengarahkan
telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan
dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2
musyrik pun berujar, “Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!”

Akan
tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja
“menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir
orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2
yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2
Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang
baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama
kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya,
“Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka
menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan
terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu
kembali…”

Maka
sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir
(ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: “Sungguh, telah
dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2
kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini
adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap…
(sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini
adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan
setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut,
berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya
berkata, “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai
Tuan, bolehkah aku menambahkan?”

Prof.
Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: “Dipersilahkan dengan senang hati.” Daud
Musa Pitkhok berkata, “Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi
muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah
terjemah makna2 Al-Qur’an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih
kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku
mem-buka2 terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka surat yang pertama
aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: “Telah dekat hari
qiamat dan bulan pun telah terbelah…”

Aku
bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa
terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang
bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2
selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2.
Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam
pencarian kebenaran.

Suatu
hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi
antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS.
Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu
besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang
sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan
perselisihan.

Presenter
berkata, “Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah
lebih banyak gunanya.” Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek
antariksanya dan berkata, “Proyek antariksa ini akan membawa dampak
yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada
segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut
bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan
kehidupan manusia.”

Dalam
diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan
kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah
menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu,
presenter terperangah kaget dan berkata, “Kebodohan macam apalagi ini,
dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di
bulan?”

Mereka
pun menjawab, “Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu
pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang
ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat
tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta
dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana
itu kepada siapapun.”

Mendengar
hal itu, presenter itu pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah
capai hingga demikian mahal taruhannya?” Mereka menjawab, “Ternyata
bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian
menyatu kembali!

Presenter
pun bertanya, “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?” Mereka
menjawab, “Kami mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah
(karena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan.
Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka
mengatakan, “Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan
pernah terbelah lalu bersatu kembali!”

Mendengar
paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, “Maka aku pun
turun dari kursi dan berkata, Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi
pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang
lalu. Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang
begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan
kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah… Lalu aku pun
kembali membuka Mushhaf Al-Qur’an dan aku baca surat Al-Qamar. Dan saat
itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.”

Subhanallah….

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

AKHWATimoet Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Celebrity Gossip